Seharian bekerja di luar rumah membutuhkan energi luar
biasa. Bukan hanya soal jalanan yang macet dan panas luar biasa, namun juga
kondisi pekerjaan dan bisnis yang selalu memunculkan tantangan-tantangan baru.
Setiap tantangan rentan membuat otak berkerut, kepala berdenyut dan tentu saja
wajah cemberut. Karenanya saat pulang biasanya menjadi momentum yang
dirindukan, bayangan anak istri menyambut hangat sudah menghilangkan separuh
penat yang tercipta seharian.
Lantas bagaimanakah seorang istri cerdas memahami hal ini ?
Lalu segera bersiap untuk membuat program penyambutan suami yang istimewa ?
Di
luar banyak godaan dan cobaan, jangan sampai menyambut suami dengan daster dan
masker, plus bau trasi yang tentu sungguh akan mengecewakan dan mengacaukan isi
hati suami hehehe
Mari mengambil inspirasi dari sebuah kisah islami yang
menggugah. Syaikh Muhammad Utsman al-Khusyt dalam Al-Masyakil Az-Zaujiyah wa
Hululuha menuliskan kisah tersebut.
Ini adalah kisah dari Rasullah kepada para sahabatnya.
Rasulullah menceritakan tentang sosok istri seorang pencari kayu bakar yang
menjadi ahli surga, karena perlakuannya terhadap suaminya. Ketika ditanyakan
apa yang telah dia lakukan, wanita itu berkata :
Apabila suamiku pergi mencari kayu bakar aku merasakan
betapa beratnya ia mencari nafkah.
Aku merasakan betapa ia haus di pegunungan. Untuk itulah
setiap ia pulang, aku selalu menyediakan air dingin yang langsung diminumnya
begitu ia pulang.
Aku menyusun dan mengatur rumah serapi mungkin.
Aku menyediakan makan untuknya.
Aku memakai pakaian terbaik yang aku miliki untuk menyambut
kedatangannya.
Saat masuk rumah, aku menciumnya penuh kerinduan.
Aku serahkan jiwa ragaku untuknya.
Aku menyiapkan tempat jika ia ingin beristirahat dan aku
selalu berada di dekatnya, sehingga setiap saat jika ia menginginkanku aku ada
disampingnya.
Sahabat Muslimah yang selalu optimis, mungkin terasa berat
jika kita membayangkan seluruhnya harus dipraktek-kan hari ini juga, atau satu
paket sekaligus.
Jelas lebih berat, karenanya akan terasa ringan jika coba
kita wujudkan satu persatu, bertahap, dan lama-lama akan menjadi kebiasaan.
Tentu tidak semudah yang kita bayangkan, terkadang ada
anak-anak yang meradang untuk diperhatikan. Mari hayati semua sebagai bagian
dari upaya memperoleh kemuliaan.